/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Thursday, April 25, 2013

SEKAR DANDHANG GULA ING RIYAYA KEMIS PUTIH *)

Yekti agung tresna Yesus Gusti

Karso paring tuladha mring kita

Mbabar penget mangkene

Andhap asor satuhu

Lan leladi marang sesami

Dhahar kembul bojana

Pra murid sadarum

Pratanda wujud manunggal

Tansah leladi tumindak jekti becik

Gawe begja pepadha.


Terjemahan:
Sungguh besar kasih Yesus
Sudi beri teladan untuk kita
Memberi peringatan seperti ini
Rendah hati yang sungguh
dan melayani sesama
Makan perjamuan, para murid semua
Tanda kesatuan
Selalu melayani, melakukan kebaikan yang sejati
Membahagiakan sesama....


*) digubah oleh RB. Sunarto (menjelang HR. Kamis Putih 2007, jadi bahan "sesorah" di stasi Pundhong Bantul Yogyakarta)

Friday, April 12, 2013

JADILAH SEPERTI ELANG

Tidak ada seorang pun yang dapat membuatmu melayani pelanggan dengan lebih baik. Itu karena pelayanan yang baik adalah sebuah PILIHAN ..

Harvey Mackay, menceritakan sebuah kisah tentang seorang pengemudi taksi yang membuktikan hal ini.

Suatu hari ia sedang mengantri menunggu taksi di sebuah airport. Ketika sebuah taksi mendekat hal pertama yang ia perhatikan adalah keadaan taksi tersebut yang tampak sudah digosok hingga mengkilap. Pengemudi taksi yang terlihat sangat rapi dalam kemeja putih, dasi hitam dan celana panjang hitam tersebut keluar dan memutari taksi tersebut untuk membukakan pintu untuk Harvey.

Wednesday, April 10, 2013

SOLIDARITAS


Suatu hari dalam perjalanan ke Depok menggunakan kereta Jabotabek, aku berdiri dekat pintu. Seorang anak perempuan kecil, berwajah ceria, lucu dan mungil memegang mike dan sebuah tape karaoke kecil diletakkan di lantai gerbong kereta mengalunkan musik pengiring lagunya. Dengan lincahnya bernyanyi. Ia bernyanyi sambil bergaya, gerakan tangan dan badannya seirama dengan lagu yang ia nyanyikan. Suara gadis mungil itu masih bening karena ia masih berusia sekitar tujuh atau delapan tahun.

Dengan penuh penjiwaan ia melantunkan lagu:

"Ambilkan bulan, Bu
Ambilkan bulan, Bu.
Untuk menerangi tidurku yang lelap di malam
Di malam bulan bersinar,
Cahya-nya sampai ke bintang
Ambilkan bulan, Bu
Ambilkan bulan, Bu......"

JEMBATAN ATAU TEMBOK ? *


Alkisah ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa. Entah karena apa mereka terjebak ke dalam suatu pertengkaran serius. Dan ini adalah kali pertama mereka bertengkar demikian hebatnya. Padahal selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan. Mereka saling meminjamkan peralatan pertanian dan bahu membahu dalam usaha perdagangan tanpa mengalami hambatan. Namun kerjasama yang akrab itu kini retak.

Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele saja, kemudian berubah menjadi perbedaan pendapat yang besar, dan akhirnya meledak dalam bentuk caci-maki. Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak bertegur-sapa.

Monday, April 8, 2013

BERANI JUJUR, HEBAT! (UJIAN NASIONAL = UJIAN KEJUJURAN)

Sungguh inspiratif dan mengusik nurani, tulisan yang tersaji di link ini. Sebuah pengalaman unik dibagikan oleh Abrar dan Alif bersama kedua orang tua mereka. Tindakan Abrar dan Alif yang melaporkan kecurangan saat pelaksanaan UN di sekolah mereka bagaikan riak kecil di tengah samudra praktek ketidakjujuran di negeri ini. Peristiwa itu juga mencerminkan bobroknya sistem pendidikan kita, terutama terkait pelaksanaan Ujian Nasional. Sekolah yang mestinya menanamkan nilai-nilai moral untuk membentuk karakter pribadi yang unggul, justru mengajarkan praktik ketidakjujuran. Pihak sekolah atau pendidik tentu ingin semua peserta didiknya lulus dan prestise sekolah mereka terangkat. Kebanyakan orang tua pun pasti menginginkan anaknya lulus dengan nilai baik, meski tak peduli prosesnya. Namun, apakah niat baik itu mesti ditempuh dengan menghalalkan segala cara? Apakah sistem pendidikan kita turut andil dalam mengondisikan pihak sekolah, peserta didik dan orang tua mengutamakan nilai UN dan tingkat kelulusan daripada output pribadi peserta didik yang berkepribadian baik?

BASMI "THE INVISIBLE POWER" PERONGRONG KEADABAN PUBLIK

Aksi kekerasan dan inflasi yang meresahkan

Meningkatnya aksi kekerasan dan inflasi karena naiknya harga beberapa produk hortikultura semakin meresahkan masyarakat. Hampir setiap hari masyarakat disodori berita tentang kekerasan di ruang publik yang dilakukan oleh para preman, aparat (TNI, Polri), masa pendukung calon bupati, dan warga sipil. Masyarakat juga resah oleh naiknya harga produk hortikultura terutama bawang putih dan cabai, menyusul daging sapi beberapa waktu lalu. Keresahan masyarakat itu rentan memicu aksi main hakim sendiri ketika ada peluang untuk menangkap pelaku kejahatan di ruang publik. Bila aksi kekerasan dan naiknya harga kebutuhan pokok tidak segera ditangani serius dikhawatirkan dapat menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat pada pemerintah dan aparat penegak hukum.

Berbagai pertanyaan bisa muncul terkait kondisi keresahan itu. Mengapa aksi-aksi kekerasan dan naiknya harga kebutuhan pokok tersebut terjadi? Adakah pihak-pihak yang sengaja menciptakan kondisi tersebut? Apakah maraknya aksi kekerasan dan naiknya harga kebutuhan pokok ada kaitannya dengan naiknya suhu politik menjelang pemilu 2014? Siapa yang paling diuntungkan oleh keresahan dan ketidakpercayaan masyarakat tersebut? Meski belum ada jawaban pasti, kiranya masyarakat patut waspada terhadap kemungkinan adanya kekuatan tersembunyi yang bermain di balik kondisi ini.

Thursday, April 4, 2013

PERGESERAN PARADIGMA UNTUK SELAMATKAN HUTAN INDONESIA


Kerusakan hutan dan peran Indonesia
Seperti kita ketahui, perubahan iklim (climate change) menjadi masalah global yang dihadapi dunia dewasa ini. Perubahan iklim merupakan bagian dari krisis ekologis yang mendesak untuk diatasi agar keseimbangan ekologis terjaga dan dunia menjadi tempat yang layak huni. Salah satu penyebab perubahan iklim yang terjadi di Indonesia adalah laju deforestasi dan degradasi yang begitu tinggi. Data tentang laju deforestasi (penggundulan dan pengalihan fungsi lahan hutan) di Indonesia memang berbeda-beda, misalnya Bank Dunia menyebut 700.000-1.200.000 ha/tahun. Sedangkan FAO menyebutkan laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 1.315.000 ha per tahun atau setiap tahunnya luas areal hutan berkurang sebesar satu persen (1%). Berbagai LSM peduli lingkungan mengungkapkan kerusakan hutan mencapai 1.600.000 – 2.000.000 ha per tahun. Bahkan lebih tinggi lagi data yang diberikan Greenpeace, yakni mencapai 3.800.000 ha per tahun. Semua data itu menunjukkan parahnya kerusakan hutan di Indonesia.[1] Padahal Indonesia termasuk 3 besar negara yang memiliki hutan terluas di dunia, namun sekaligus menjadi emiter (penghasil karbon yang lepas ke atmosfir secara sangat signifikan) nomor empat setelah China, India, Amerika Serikat (AS)[2]

Wednesday, April 3, 2013

BONUM COMMUNE

Fenomena pragmatisme politik
Entah siapa yang pertama kali memunculkan gagasan bahwa tahun 2013 ini adalah “tahun politik” (mungkin ada yang tahu?). Yang pasti gagasan itu dimunculkan bukan tanpa maksud. Ada dugaan bahwa tahun ini menjadi sangat krusial untuk mempersiapkan pemilihan Presiden tahun 2014. Menginjak bulan keeempat di tahun 2013 ini suhu politik memang terasa sudah mulai memanas dengan berbagai peristiwa yang melibatkan tokoh-tokoh politik terutama anggota legislatif, tokoh partai, pejabat pemerintah atau lembaga negara. Partai politik mulai berkonsolidasi internal sembari membuka pendaftaran calon legislatif kepada publik. Bersamaan dengan itu banyak politisi yang tersandung kasus hukum yang menjadikan mereka tersangka bahkan terdakwa. Para pejabat pemerintah sampai petinggi negara alih-alih fokus mengurus negara justru sibuk mengurus konflik internal di tubuh partainya. Kasus-kasus yang melibatkan petinggi partai juga sering dijadikan komoditas untuk saling menggembosi kekuatan lawan politiknya. Fenomena tersebut seakan menunjukkan bahwa politik itu identik dengan kekuasaan semata. Para politisi sibuk membangun citra diri dan partainya untuk mengejar kursi kekuasaan terutama di tingkat legislatif dan eksekutif. Apa yang mereka harapkan dari kekuasaan itu? Tentunya pengaruh untuk bisa menentukan kebijakan publik dan memastikan bahwa kepentingan diri/partai dapat terpenuhi. Lebih celaka lagi bila mereka mengejar kekuasaan semata untuk memperkaya diri dan kelompoknya. Kalau motivasinya mencari kekayaan, seharusnya mereka tidak menjadi politisi tapi menjadi pebisnis atau pengusaha.