/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Thursday, March 21, 2013

3 JURUS AMPUH MERAIH KEBAHAGIAAN

Semua orang ingin meraih kebahagiaan dalam hidup. Bahagia di dunia, dan nantinya bahagia di akhirat. Itulah tujuan atau impian yang kita kejar dalam hidup ini. Persoalannya, kebahagiaan itu ternyata tidak mudah diraih. Butuh kiat khusus. Jurus ini sungguh ampuh atau tidak untuk meraih kebahagiaan, pertama-tama tergantung pada pemahaman kita tentang kebahagiaan.

Ada banyak persepsi tentang kebahagiaan itu. Persepsi akan kebahagiaan itu akan sangat menentukan upaya kita dan hasil akhir yang akan kita raih: kebahagiaan yang sejati atau kebahagiaan yang dangkal, semu dan sementara.  Kadang kita memiliki konsep yang kurang tepat atau kurang jelas tentang tentang kebahagiaan. Yang kita bayangkan dan kejar adalah kebahagiaan yang semu atau ternyata hanya kesenangan sesaat. Kebahagiaan seringkali kita sangka terletak pada kelimpahan materi, kekuasaan, kesuksesan, prestise dan popularitas. Padahal semua itu hanyalah sarana (yang bersifat relatif dan sementara), bukan tujuan sebenarnya yang akan kita raih. Maka pemahaman yang benar tentang kebahagiaan menjadi sangatlah penting agar kita dapat meraih kebahagiaan yang sejati.



Tulisan ini tidak bermaksud menawarkan rumusan baku tentang kebahagiaan, namun hanya memberikan gambaran umum. Secara sederhana, kebahagiaan itu merupakan keadaan pribadi yang mengalami dirinya berarti bagi orang lain, menemukan kasih dan damai yang lahir dari hubungan harmonis dengan Tuhan, sesama dan alam semesta. Kebahagiaan itu mengandaikan penemuan identitas diri (siapa dan apa tugas/peranku) dan terpenuhinya kebutuhan dasar manusiawi akan kasih, penerimaan, penghargaan, rasa aman, dan kepercayaan. Keadaan bahagia itu mencakup seluruh keutuhan diri kita: pikiran (mind), fisik/tubuh (body) dan jiwa/spiritual (soul). Intinya, kebahagiaan itu mengatasi egoisme, kesempitan cinta diri, namun mengarah keluar dari diri dan menyatu erat dengan "yang lain" (Tuhan, sesama, alam semesta). Orang Jawa memahami kebahagiaan sejati sebagai "manunggaling kawula lan Gusti", (kesatuan utuh manusia dan Tuhan, yang fana dan yang Ilahi), "manunggaling jagad alit lan jagad gedhe" (kesatuan utuh dunia kecil/diri dan semesta).

Untuk meraih kebahagiaan seperti yang digambarkan di atas, ada 3 jurus ampuh yang sederhana namun butuh kesungguhan hati untuk melakukannya. Apa itu?

#Jurus pertama:"TERIMA KASIH". Dua kata sederhana yang sarat makna karena lahir dari hati yang penuh syukur. Apa yang datang dari luar diri (sikap, tindakan, benda, peristiwa, keadaan) maupun yang dialami didalam diri, dipandang atau "diterima sebagai kasih". Ditemukanlah suatu makna, manfaat atau "berkah" yang tersirat maupun tersurat di balik peristiwa, keadaan, sikap dan tindakan orang lain, Tuhan dan alam semesta. Terima kasih adalah suatu tanggapan "YA" atau penerimaan dan sekaligus peneguhan terhadap orang lain. Ucapan (dan sikap) "terima kasih" dari hati yang tulus akan bermanfaat ganda, baik bagi yang mengucapkannya, maupun yang menerima ucapan tersebut. Yang mengucapkan maupun yang menerima ucapan "terima kasih" dapat mengalami diterima, diteguhkan, dihargai dan dicintai. "Terima kasih" menjadi ucapan dan sikap ampuh yang berdaya mempersatukan relasi, meneguhkan dan menghargai satu sama lain. Seseorang yang terbiasa berterima kasih secara tulus pasti hidupnya akan penuh syukur dan bahagia. Itu menjadi daya positf yang terpancar dan membuat yang lain pun menjadi bersyukur dan bahagia. Maka, mari membiasakan diri saling mengucapkan "TERIMA KASIH" dan menjadikannya sikap hidup kita.

#Jurus kedua: "MAAF". Kata (dan sikap) "maaf" seringkali sulit diungkapkan karena mengandaikan sebuah penerimaan terhadap kesalahan, kekurangan atau ketidaksempurnaan dari diri kita. Kerelaan memohon maaf membutuhkan sikap kerendahan hati sekaligus kepercayaan diri di hadapan orang lain. Kita cenderung menganggapnya sebagai sesuatu yang akan merendahkan diri kita, menurunkan gengsi, atau mengancam kemapanan diri. Padahal, kata dan sikap "MAAF" justru menunjukkan kekuatan diri dan kebesaran hati kita untuk menerima ketidaksempurnaan kita sekaligus mengungkapkan penghargaan kita pada orang lain. Kita akui bahwa perkataan, sikap dan perbuatan kita bisa jadi menyakiti, atau tidak berkenan bagi orang lain. Maka kita hendak menghargai orang lain tersebut dan memohon kesempatan untuk memperbaiki diri dan memulihkan kembali keadaan atau relasi yang terganggu. Usaha nyata pemulihan itu akan membuat kata atau sikap "MAAF" memiliki daya ampuh mengubah hidup menjadi lebih baik. Kata dan sikap MAAF itu juga dapat diterapkan dalam relasi kita dengan Tuhan dan semesta.

#Jurus ketiga: "APA YANG BISA SAYA BANTU?" Ini mengungkapkan keterbukaan hati dan kesediaan diri untuk memberikan apa yang dibutuhkan orang lain atau lingkungan di mana kita berada.  Ungkapan tersebut akan membuat orang lain merasa dihargai, diterima dan dimengerti. Secara konkrit juga tumbuh harapan bahwa akan ada kebaikan atau manfaat yang akan diterima oleh orang yang menerima ungkapan tersebut. Bila itu diungkapkan dengan tulus dan disertai dengan komitmen untuk memberikan yang terbaik yang bisa dilakukan, pastilah akan terbangun komunikasi dan relasi yang positif. Bahkan orang tidak akan terlalu kecewa bila bantuan yang diberikan mungkin tidak didapatkannya. Dia akan tetap merasa dihargai dan juga akan menghargai niat baik dan usaha untuk membantu tersebut. Itulah daya ampuh dari ungkapan "APA ANG BISA SAYA BANTU?" yang bisa mendatangkan benih kebahagiaan dalam hidup kita.

Sekarang terserah Anda, apakah mau membuktikan keampuhan ketiga jurus tersebut atau kehilangan kesempatan untuk meraih kebahagiaan sejati. Tidak ada jalan lain yang paling baik, selain mulai sekarang melakukannnya, bahkan menjadikannya sebagai habitus atau kebiasaan kita. Niscaya kebahagiaan sejati akan menjadi kenyataan dalam hidup kita. Ketiga jurus ampuh itu akan mewujudkan kebenaran ungkapan ini: "The beauty of life doesn't depend on how happy you are, but depend on how happy others can be because of you".

Terima kasih sudah membaca tulisan ini. Mohon maaf bila anda tidak berkenan. Hanya terbersit harapan semoga Anda terinspirasi dan terbantu dalam meraih kebahagiaan. *_*

No comments:

Post a Comment