/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Monday, March 18, 2013

KESEDERHANAAN PEMIMPIN: “OASE PENGHARAPAN" BAGI MASYARAKAT

Masyarakat Indonesia dan dunia akhir-akhir ini sedikit terhibur dengan hadirnya beberapa pemimpin yang menunjukkan cara hidup sederhana. Sebut saja misalnya Jokowi-Ahok, Mahfud MD, Dahlan Iskan, dan Paus Fransiskus memberi kesaksian hidup sebagai pemimpin yang memilih cara hidup sederhana di tengah berbagai fasilitas, kemudahan dan peluang yang selayaknya mereka nikmati. Itu semua seakan menjadi  sebuah “oase” di tengah gelimangnya fasilitas dan kemewahan yang dinikmati sebagian besar pejabat publik kita. Masyarakat sudah lelah dan muak akan kemewahan yang didapat dari kekuasaan, korupsi dan penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan banyak pejabat publik, wakil rakyat dan tokoh partai. Penggunaan fasilitas, pemborosan uang rakyat dan penggelapan anggaran yang diikuti cara hidup yang serbah “wah” sungguh melukai hati dan rasa keadilan masyarakat kita. Airmata masyarakat yang sudah mengering karena luka hati yang terlalu dalam kini mendapat penghiburan dan harapan dengan munculnya tokoh-tokoh sederhana, berintegritas, jujur dan mengabdi dengan penuh dedikasi pada kepentingan rakyat. Upaya KPK mengusut berbagai kasus korupsi dan penyucian uang memperkuat harapan masyarakat dan patut terus kita dukung.

Kesederhanaan beberapa pemimpin kita sungguh menjadi oase pengharapan bagi masyarakat. Apakah yang bisa digali dari kesederhanaan para tokoh tersebut? Pertama, kesederhanaan itu lahir dari hati yang tulus dan penuh syukur, menerima dengan rasa cukup apa yang menjadi hak mereka. Hati yang tulus dan penuh syukur itu membuat mereka jauh dari sifat pamrih, serakah dan ketamakan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya demi diri sendiri, keluarga dan kroni-kroninya. Kedua, kesederhanaan itu mencerminkan hati yang peka dan peduli terhadap penderitaan, kemiskinan, dan ketidakadilan yang dialami oleh sebagian besar masyarakat. Ketiga, kesediaan untuk berbelarasa (compassion) dan mau memperjuangkan kepentingan masyarakat kecil, tertindas dan terpinggirkan menemukan salah satu bukti nyatanya dalam cara hidup sederhana yang mereka jalani. Keempat, kesederhanaan akan membuka ruang bagi komunikasi tanpa jarak dan sekat bagi siapapun dari berbagai lapisan dan golongan. Maka tidak heran, kesediaan untuk blusukan, melihat langsung kenyataan hidup yang dialami masyarakat dan mendengarkan aspirasi, kecemasan serta masalah yang terjadi sungguh dilakukan dengan iklas, bukan sekedar pencitraan. Pembuktiannya adalah pada upaya mencari solusi yang tepat dan keberanian mengeksekusi keputusan yang membawa perubahan. Kelima, kesederhanaan itu akan menyiratkan kewibawaan diri yang sejatinya merupakan satunya kata dan perbuatan, konsistensi pada sumpah jabatan dan komitmen untuk mengabdikan diri sepenuhnya bagi kesejahteraan bersama.

Kesederhanaan laku hidup beberapa pemimpin kita sungguh menjadi “oase pengharapan” bagi masyarakat yang merindukan keadilan, damai dan kesejahteraan sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Masyarakat yang semakin cerdas, kritis dan ingin maju tentu akan sangat mencintai, mendukung dan turut ambil bagian dalam usaha memajukan kehidupan bersama. Masyarakat akan sangat menghargai segala upaya yang dilakukan para pemimpin sederhana itu. Masyarakat lebih mudah memahami bahwa upaya itu tidak selalu mudah karena kompleksitas masalah dan beratnya proses yang harus dijalani. Namun yakinlah bahwa masyarakat akan berdiri di belakang dan turut mendukung para pemimpinnya yang sederhana dan memperjuangkan kepentingan bersama. Bravo para pemimpin yang sederhana!

No comments:

Post a Comment