
Pertama, kita belajar untuk jujur dan berani menerima keadaan itu sebagai kenyataan yang sedang kuhadapi. Merangkul perasaan-perasaan itu sebagai bagian hidup dan pengalaman kita. Langkah ini membantu kita meredam rasa penolakan kita terhadap kenyataan pahit itu. Pada tahap ini kita menoba bertahan, tidak lari dan mengambil keputusan sesaat.
Kedua, dalam keheningan dan kepasrahan batin, perlahan menenemukan makna tersembunyi di balik pengalaman kegersangan itu. Beberapa pertanyaan reflektif bisa diajukan terhadap diri kita: mengapa terjadi? Apa yg kurasakan? Aku belajar apa darinya? Apa yang kuharapkan? Kekuatan apa yg kubutuhkan? Apa kehendak Tuhan dalam peristiwa ini?, dst.
Ketiga, membangun pijakan dan tekad baru untuk menyirami kegersangan hati kita dengan "sejuknya air kasih, iman dan harapan". Langkah-langkah nyata bisa ditetapkan : doa, sharing (curhat, bimbingan spiritual), dan menyusun kembali rencana hidup. Hati kita akan penuh syukur dan harapan untuk melewati saat-saat gersang menuju hidup yang lebih bergairah. Hidup akan berjalan kembali dalam harmoni nada indah dari hati, pikiran dan tindakan dalam relasi erat dengan Tuhan, sesama dan alam ciptaan. Inilah situasi konsolasi dalam hidup. Selamat belajar mengolah hidup dari desolasi menuju konsolasi. Never give up. Semangat PASKAH (Pasti Aku Selamat Karena Allahku Hidup)!!!
No comments:
Post a Comment