/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Thursday, May 24, 2012

TEMAN SEPERJALANAN OMK

Demam pertunjukan grup band asal Korea di Jakarta melanda orang muda Jakarta dan sekitarnya beberapa waktu lalu. Bahkan banyak orang muda dari Lampung dan kota-kota di luar jawa yang bela-belain datang beberapa hari sebelumnya untuk mendapatkan tiket masuk yang mahal. Antrian panjang berjam-jam rela dijalani. Dan bila sudah berhasil masuk ke area pertunjukkan, mereka rela berdesak-desakan menyaksikan penampilan artis idola mereka sambil berjingkrak jingkrak, turut menyanyikan lirik-lirik lagu sang artis dan berteriak histeris saat idola mereka menyapa atau menampilkan gaya yang memukau. Kerinduan orang muda itu dijawab dengan sangat cerdas oleh industri musik dan hiburan yang menyajikan pertunjukkan spektakuler beromzet ratusan juta bahkan milyar itu (dan tentu mengeruk untung ratusan juta pula). Pertanyaannya: mengapa orang muda begitu antusias terhadap event atau pertunjukan seperti itu? Utamanya, kita dapat menemukan jawabannya pada pergumulan orang muda sendiri yang memiliki beberapa ciri:

Pertama, perkembangan kejiwaan orang muda yang ditandai oleh semangat, kegembiraan, rindu akan sesuatu yang menghibur dan kecenderungan ikut trend agar tidak ketinggalan jaman dan diterima oleh teman-teman sebayanya.


Kedua, orang muda sedang mencari identitas dirinya dan membangun impian masa depan sehingga cenderung merindukan figur atau tokoh idola yang seakan bisa menjadi ‘model’ bagi kesuksesan, ketenaran (digandrungi banyak orang) dan kelimpahan materi.

Ketiga, krisis nilai dan spiritualitas (kekeringan rohani) yang melanda orang muda jaman ini mudah diisi oleh gencarnya tawaran nilai dan ‘kepuasan semu’ yang diberikan oleh dunia (baca: bisnis musik, pertunjukan dan perkembangan teknologi). Bagaimana dengan Orang Muda Katolik? Kita tentu sepakat bahwa OMK juga menjadi bagian dari orang muda jaman ini yang sedang bergumul dengan ketiga ciri di atas.

Apa yang bisa kita (Gereja) lakukan untuk mendampingi OMK?

Pertama, perlu dirancang sebuah desain pendampingan lewat berbagai ‘kemasan’ acara yang membangkitkan semangat dan kegembiraan, menghibur, trendy dan memberi ruang bagi perjumpaan yang hangat serta tidak formal bagi OMK. Kemasan itu tetap diperlukan untuk memikat OMK agar terlibat, lalu diberi kualitas isi dan pesan yang jelas, mudah dicerna dan bermakna. Salah satu contohnya adalah acara perjumpaan orang muda Katolik sedunia (World Youth Day) yang dicetuskan oleh Paus Yohanes Paulus II.

Kedua, menampilkan figur Yesus yang up to date (tidak klasik/konvensional yang kaku): Yesus muda yang ceria, hangat menyapa dan gaul; Yesus muda yang memiliki keunikan karakter yang tidak sekedar populer (digandrungi) dan pintar bikin sensasi (lewat mukjizat dan sikap kontroversialnya), namun sangat visioner (punya impian besar), tegas dalam prinsip dan berdaya juang tinggi. Perlu ditonjolkan juga Yesus muda yang menawarkan sebuah model cinta sejati yang patut dirindukan OMK (di tengah tawaran cinta yang murahan jaman ini).

Ketiga, memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media untuk menawarkan nilai-nilai kristiani yang dikemas dalam bahasa verbal dan visual yang menarik bagi OMK. Kreasi seni musik, drama, foto, film, novel, majalah dan berbagai media sosial bisa menjadi sarana “evangelisasi baru” (baru dalam semangat, metode dan ungkapannya) bagi OMK jaman ini.
Singkatnya, OMK sebenarnya merindukan “teman seperjalanan” yang hangat, mengerti dan memberi ruang bagi aktualisasi kemudaan mereka dalam mencari identitas diri dan meraih impian masa depan. Gereja ditantang untuk bisa hadir sebagai teman seperjalanan OMK untuk berjumpa dengan Yesus yang bisa mengisi kerinduan batin yang terdalam. Pertanyaan yang perlu kita renungkan: apakah Gereja dapat menjawab tantangan itu? Bila desain pendampingan di atas dapat diwujudkan, niscaya OMK tidak akan mudah tergiur dan dibentuk oleh tawaran dari dunia, namun mampu “berakar dan dibangun dalam Yesus Kristus, berteguh dalam iman” (Kol 2:7).*). Akhirnya, Gereja pun akan menjadi “home sweet home” bagi OMK karena bisa menghadirkan Yesus yang menemani perjalanan kita semua menuju “rumah surgawi”.
*) Sub tema Indonesian Youth Day 2012 di Sanggau, Kalbar

No comments:

Post a Comment