/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Thursday, March 21, 2013

3 JURUS AMPUH MERAIH KEBAHAGIAAN

Semua orang ingin meraih kebahagiaan dalam hidup. Bahagia di dunia, dan nantinya bahagia di akhirat. Itulah tujuan atau impian yang kita kejar dalam hidup ini. Persoalannya, kebahagiaan itu ternyata tidak mudah diraih. Butuh kiat khusus. Jurus ini sungguh ampuh atau tidak untuk meraih kebahagiaan, pertama-tama tergantung pada pemahaman kita tentang kebahagiaan.

Ada banyak persepsi tentang kebahagiaan itu. Persepsi akan kebahagiaan itu akan sangat menentukan upaya kita dan hasil akhir yang akan kita raih: kebahagiaan yang sejati atau kebahagiaan yang dangkal, semu dan sementara.  Kadang kita memiliki konsep yang kurang tepat atau kurang jelas tentang tentang kebahagiaan. Yang kita bayangkan dan kejar adalah kebahagiaan yang semu atau ternyata hanya kesenangan sesaat. Kebahagiaan seringkali kita sangka terletak pada kelimpahan materi, kekuasaan, kesuksesan, prestise dan popularitas. Padahal semua itu hanyalah sarana (yang bersifat relatif dan sementara), bukan tujuan sebenarnya yang akan kita raih. Maka pemahaman yang benar tentang kebahagiaan menjadi sangatlah penting agar kita dapat meraih kebahagiaan yang sejati.

Tuesday, March 19, 2013

TUA ITU PASTI, DEWASA ITU PILIHAN

Saat ini
semakin banyak orang memiliki fasilitas hidup yang lengkap,
tetapi semakin kehilangan makna hidup.

Banyak masalah dalam hidup ini terjadi
karena setiap org hanya ingin dimengerti
tetapi tidak mau mengerti.

Dunia saat ini penuh dengan orang-orang yang saling 'menjegal'.
Jegal menjegal bukan ciri anak-anak TUHAN.

Menjadi orang penting itu baik,
tetapi
jauh lebih penting menjadi orang baik.

Sibuk mencari kesalahan orang,
tak akan membuat kita lebih baik darinya.

Monday, March 18, 2013

KESEDERHANAAN PEMIMPIN: “OASE PENGHARAPAN" BAGI MASYARAKAT

Masyarakat Indonesia dan dunia akhir-akhir ini sedikit terhibur dengan hadirnya beberapa pemimpin yang menunjukkan cara hidup sederhana. Sebut saja misalnya Jokowi-Ahok, Mahfud MD, Dahlan Iskan, dan Paus Fransiskus memberi kesaksian hidup sebagai pemimpin yang memilih cara hidup sederhana di tengah berbagai fasilitas, kemudahan dan peluang yang selayaknya mereka nikmati. Itu semua seakan menjadi  sebuah “oase” di tengah gelimangnya fasilitas dan kemewahan yang dinikmati sebagian besar pejabat publik kita. Masyarakat sudah lelah dan muak akan kemewahan yang didapat dari kekuasaan, korupsi dan penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan banyak pejabat publik, wakil rakyat dan tokoh partai. Penggunaan fasilitas, pemborosan uang rakyat dan penggelapan anggaran yang diikuti cara hidup yang serbah “wah” sungguh melukai hati dan rasa keadilan masyarakat kita. Airmata masyarakat yang sudah mengering karena luka hati yang terlalu dalam kini mendapat penghiburan dan harapan dengan munculnya tokoh-tokoh sederhana, berintegritas, jujur dan mengabdi dengan penuh dedikasi pada kepentingan rakyat. Upaya KPK mengusut berbagai kasus korupsi dan penyucian uang memperkuat harapan masyarakat dan patut terus kita dukung.

BENCANA KEKERINGAN SPIRITUALITAS

Maraknya aksi kekerasan, korupsi, terungkapnya peredaran narkoba, praktek-praktek ketidakadilan dan penyalahgunaan wewenang tersaji di hadapan kita, baik secara langsung maupun lewat berbagi media. Fenomena tersebut bisa kita sebut sebagai “budaya kematian”, yang merusak pribadi dan tatanan hidup bersama. Mengapa di tengah masyarakat kita yang dikenal sangat religius karena menganut agama, melakukan praktek-praktek ibadah dan kesalehan serta memiliki banyak tempat ibadah ini masih sering terjadi kekerasan dan ketidakadilan? Meskipun ada berbagai alasan ekonomis, politis, sosial dan sebagainya yang melatarbelakangi terjadinya kekerasan dan praktek-praktek ketidakadilan itu, namun sejatinya ada alasan yang lebih mendalam lagi. Rupanya gejala kekerasan dan segala praktek ketidakadilan itu merupakan gejala "sakit kronis" yang diidap masyarakat kita, yakni kekeringan spiritualitas .

Saturday, March 16, 2013

WAWANCARA SEPUTAR "CYBER RELIGION"

Beberapa waktu lalu Lingkar Studi Profetika mewawancari saya seputar 3 topik: pertama,fenomena cyber religion yang direpresentasikan dari maraknya situs-situs keagamaan di internet. Kedua, diseminasi informasi atau pemikiran keagamaan dalam konteks kebebasan beragama dan berpendapat (demokrasi informasi). Dan ketiga, masa depan dialog antar agama dalam konteks kelimpahruahan informasi yang mungkin ada yang tak terverifikasi, tak terklarifikasi, mendiskreditkan, dan sebagainya (misal, Faith Freedom, dsb.)

1. Sebagai agamawan yang dibesarkan dan hidup di masa kini, kami rasa Romo sangat paham dengan media internet. Secara umum bagaimana tanggapan Romo keberadaan teknologi informasi itu?
Kita patut bersyukur, teknologi informasi dewasa ini berkembang pesat. Tentu perkembangan ini diharapkan dapat memberi manfaat positif bagi kehidupan manusia di segala dimensinya. Akses informasi dan komunikasi menjadi lebih cepat, lancar dan dapat dinikmati oleh banyak orang. Pertukaran ide, informasi dan diskusi atau belajar bersama dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien (mengatasi keterbatasan tempat, waktu dan beaya). Teknologi informasi juga dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, kehidupan iman, sosial ekonomi, politik, budaya, dan dimensi hidup lainnya. Untuk itu teknologi informasi perlu dikembangkan sesuai nilai-nilai moral (seperti kebenaran, keadilan, perdamaian, penghormatan HAM, keutuhan ciptaan, dll) dan kode etik yang berlaku agar tujuan mulianya dapat tercapai, yakni demi kebaikan bersama (bonum commune). Tapi kita tidak menutup mata terhadap penyimpangan yang terjadi, teknologi informasi disalahgunakan untuk kepentingan sosial, politis, ekonomis dan ideologis yang tidak sesuai dengan nilai kebenaran, keadilan, perdamaian dan penghormatan martabat manusia serta perusakan lingkungan. Prinsip-prinsip etis moral dilanggar sehingga merusak kehidupan moral, spiritual dan sosial. Ini merupakan tantangan riil yang harus kita hadapi.