/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Tuesday, June 21, 2011

OMK DI TENGAH GLOBALISASI



Kamis, 16 Juni 2011
Bac: 2Kor 11:1-11 dan Mat 6:7-15

Orang muda jaman ini adalah bagian dari proses globalisasi yang menimbulkan pergeseran nilai-nilai kehidupan. Globalisasi menjadi suatu proses kultural yang ditandai dengan penyeragaman (homogenization), pemaksaan secara halus (hegemonization) dan standarisasi nilai (standarization). Berbagai produk barang dan jasa, ideologi dan gaya hidup (life style) dinikmati dan menjadi milik banyak orang di berbagai belahan dunia. Tanpa disadari (dengan kritis) orang “dipaksa” untuk menerimanya seolah-olah sebagai kebutuhan, padahal sebenarya kebutuhan itu diciptakan oleh produsen. Nilai-nilai lokal dan moral keagamaan pun mulai ditinggalkan atau dianggap kolot dan dikalahkan oleh standar nilai baru (kepentingan diri/kelompok, kemewahan, kesenangan, kemudahan, efisiensi, dst).

Sebagai OMK kita ditantang untuk bersikap kritis terhadap dampak negatif globalisasi. Sikap kritis itu dilandaskan pada nilai-nilai kristiani agar OMK tidak gampang terseret hanyut, menjadi apatis, dan pasrah saja pada daya pengaruhnya. Sebagai contoh, perkembangan media digital yang membuat relasi lebih cenderung superfisial (hanya di permukaan, kurang mendalam) mesti dikritisi oleh OMK dengan mencoba membangun relasi personal dan komunal yang menyentuh kedalaman diri/hati. Relasi di era digital ini mengandung bahaya lain yakni kecenderungan berorientasi pada diri atau gejala “narsis”.

Bagaimana kita, sebagai OMK menghadapi kecenderungan dunia di era globalisasi itu? Yesus mengingatkan kita untuk membangun relasi personal yang mendalam seperti seorang bapa dan anaknya, yakni baik dengan Allah maupun dengan sesama dan lingkungan alam. Pola relasi yang diharapkan Yesus terungkap jelas dalam doa Bapa Kami yang diajarkannya. Kita diajak untuk menggeser arah perhatian kita dari berpusat pada diri ke berpusat pada Tuhan, sesama dan lingkungan. Hidup kita diarahkan untuk mencari kehendak Bapa, melepaskan harga diri untuk mengampuni sesama, tidak serakah namun memohon rejeki yang secukupnya. Semuanya itu kita lakukan demi memuliakan Allah Bapa lewat menghargai kemanusiaan dan keutuhan alam ciptaan.

Dengan memanggil Allah sebagai Bapa, kita disadarkan akan identitas diri kita sebagai anak-anak yang dikasihi dan mempunyai relasi erat dengan-Nya. Pengalaman relasi kasih itu membuat kita merasa berharga dan istimewa di mata Tuhan. Kita akan menjadi “hangat” terhadap diri. Kita juga dipanggil untuk membagikan “kehangatan” itu pada sesama dan alam sekitar. Kehadiran OMK tentu akan menjadi sebuah pewartaan dan kesaksian nyata akan kasih Bapa kepada dunia. Semoga OMK mampu menghayati doa Bapa Kami itu dalam seluruh pola berpikir, merasa dan bertindak terhadap Tuhan, sesama dan lingkungan alam ini.

No comments:

Post a Comment