/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Friday, February 19, 2010

KiSS (Kisah Seputar Solidaritas)

Minggu, 31 Januari 2010.
Kunjungan Kasih ke Kampung Laut.
Bersama 6 orang mahasiswa, beberapa orang anggota WKRI DPD Purwokerto, umat Paroki Cilacap dan Tim Karito, saya mengadakan sebuah perjalanan perdana ke Kampung Laut, Kabupaten Cilacap. Sungguh merupakan pengalaman yang mengesankan bagi saya bisa
mengunjungi Kampung Laut berkat tawaran kerjasama dari Karito untuk melanjutkan program emergency response mereka. Terima kasih kepada Karito atas tawaran kerjasama ini.

Saya hendak membagikan sedikit pengalaman dalam kegiatan ini, khususnya dari kami, keluarga mahasiswa Katolik KP. Mendengar tawaran kegiatan emergency response di Kampung Laut, beberapa teman mahasiswa langsung menyatakan minatnya untuk bergabung. Tugas yang diberikan kepada kami ialah menyalurkan bantuan peralatan sekolah (school kits) dan melakukan pendampingan kepada anak-anak SD serta SMP.

Setelah menerima uang sebesar Rp 7,2 juta, kami melakukan survey barang dan mengambil keputusan bersama untuk membeli 8 jenis peralatan sekolah (meskipun yang ditentukan hanya 3 saja). Jumlah tiap barang pun bisa kami perbanyak karena kami mendapatkan harga barang yang murah tapi kualitasnya cukup baik (di tokonya bu Indra). Meskipun ada informasi lagi bahwa ada penambahan jumlah dan kelompok sasaran, akhirnya kami bisa menyiapkan total 545 paket (319 SD dan 226 SMP). Alhamdulilah dana cukup (karena dapat potongan harga cukup banyak..he.. he)
Hari Sabtu siang (30 Jan) kami melakukan pengepakan sampai malam dan dilanjutkan dengan koordinasi akhir (membagi kelompok, tugas masing-masing dan materi pembinaannya). Kami membagi diri menjadi dua kelompok (di Ujung Alang dan Kalibener). Materi pokok yang disepakati bersama dalam pendampingan adalah seputar pengalaman gempa dan penguatan motivasi belajar untuk meraih cita-cita. Kami ingin menggali perasaan kekhawatiran, ketakutan dan trauma yang mungkin masih dirasakan oleh anak-anak pasca gempa.
Ternyata ketika kami menanyakan, "Siapa yang takut dengan gempa?", sebagian besar dari mereka menjawab "Saya" sambil mengangkat tangan. Ketika ditanya lagi, "Siapa yang minggu depan masih takut dengan gempa?", jawabannya tetap sama. Dari pengalaman takut itu, kami ingin mengajak mereka untuk mengadakan "trauma healing" sederhana.
Kemudian kami mengajak mereka untuk menumbuhkan kembali motivasi belajar dan membangun kembali impian atau cita-cita mereka. Peralatan sekolah yang dibagikan merupakan salah satu wujud dukungan kepada mereka untuk belajar lebih tekun lagi.
Selain pengalaman pendampingan anak-anak, saya juga mendapatkan pemahaman sepintas tentang keadaan masyarakat di Kampung Laut, baik geografis, sosial ekonomi, kultur, tabiat maupun pola hidup mereka. Pemahaman ini saya peroleh lewat pengamatan langsung maupun dari informasi dan sharing yang disampaikan Mas Tri, Rm Slamet dan teman-teman dalam sharing di margasiswa.
Sharing pengalaman teman-teman mahasiswa yang diungkapkan di margasiswa setelah pulang dari Kampung Laut sangat menarik dan bermakna. Kiranya lebih afdol bila teman-teman mahasiswa sendiri yang membagikan pengalamannya lewat tulisan di milis.
Sekian dulu tambahan info dari saya. Terima kasih kepada teman-teman Karito, Romo Nico, Romo Johny, Mas Tri, ibu-ibu WKRI, umat paroki Cilacap dan semua yang terlibat dalam kegiatan ini.
salam solidaritas.

No comments:

Post a Comment